Uprak B.Indo &TIK
Perputaran Kehidupam
Hari pertama sekolah Chairin di High School Greanty adalah hari yang sangat sedang ku tnggu. Bersyukur bisa masuk di sekolah terbaik di negrinya itu.memang usaha tidak menghianati hasil dari sekolah langsung belajar les meskipun orang tua tidak memadai untuk biaya tapi ini lh hasilnya.
Chairin berjalan menyusuri lorong sekolah mencari letak kelas yang akan ia gunakan untuk belajar. Ia menatap sekeliling, banyak sekali murid dengan pakaian yang bagus, ada sedikit rasa iri dalam hatinya. Sempat terpikirkan olehnya, mengapa tak ada perubahan yang terjadi dalam hidup sederhananya itu. Akan tetapi ia segera membuang jauh pikiran konyol itu.
Hanya melewati tiga kelas lagi Chairin akan sampai di kelasnya. Akan tetapi tiba-tiba saja ada seorang siswi yang sedang berlari terburu-buru, sehingga siswi itu menabrak tubuh Chairin. Akan tetapi, ajaibnya bukan Chairin yang terjatuh melainkan siswi itu. Chairin segera membantu siswi itu untuk berdiri.
“Ah, terimakasih telah membantuku dan maaf tadi aku mencintaimu karena aku sedang terburu-buru. Sekali lagi maaf ya. Sampai jumpa!” ucapnya tanpa henti.
“Iya, tak apa. Alangkah baiknya atau berhati-hati dijalan, jangan sering terburu-buru,” nasihatku padanya.
Aku hanya membalas dengan anggukan beserta senyum yang tampak sedikit konyol karena aku berusaha tersenyum kepada orang lain. Aku melanjutkan langkahku untuk ke kelas. Sesampainya di kelas kau merasa takjub karena sikap rajin dari anak kelasnya itu. Mereka disiplin waktu. Itu yang pertama kali kupikirkan tentang murid sekelasku.
Aku segera mencari bangku kosong yang ada di kelas baruku ini. Bangku itu terletak dibarisan nomor dua dari depan. Alangkah terkejutnya aku saat melihat siswi yang menabrakku tadi ternyata teman sebangkuku.
“Hai, senang kita bertemu lagi,” ucapku berusaha untuk menatapnya.
“Wah ternyata kita sekelas, hahaha.”
“Nama kamu siapa?” tanyanya.
“Nama akuchairin Chenter, panggil saja cece . Kamu?” tanyaku balik.
“Namaku Emily Owen panggil aja Ely,” balasnya sambil tersenyum ramah.
“Selamat pagi anak-anak perkenalkan saya wali kelas kalian mulai hari ini. Semoga kalian semua nyaman belajar di sekolah ini,” ucap seorang guru memecahkan keheningan yang ada di kelas.
..
Saat waktu pulang tiba, hujan deras langsung menyambutku. Banyak murid yang masih setia menunggu hujan reda, karena mereka membawa kendaraan sendiri saat sekolah. Akan tetapi aku tetap memaksakan keadaan untuk segera pulang agar tidak terlalu larut. Semua pasang mata di depan gerbang sekolah tertuju padaku. Bagaimana tidak? Saat hujan jatuh sangat deras, aku berjalan begitu saja menerobos para air yang jatuh dari langit tanpa menggunakan payung atau sejenisnya. Aku berjalan sendirian di tengah derasnya air hujan. Saat berjalan kaki aku sedikit bersenandung sambil bermain air hujan. Sampai tiba disebuah jalanan yang sedikit sepi, aku langsung menaikkan kecepatan berjalanku. Aku takut jika terjadi sesuatu padaku. Ya, aku penakut.
Sesampainya di depan rumah, ada sosok yang sudah menungguku. Lebih tepatnya bersiap untuk memberikanku serangkaian pidato untuk menasihatiku. Yang benar saja ibuku benar-benar memberikanku pidato eksklusif darinya selama dua jam lamanya hanya karena aku tidak menggunakan payung saat hujan dan tidak menunggu hujan reda untuk pulang.
Setelah selesai dengan ceramah yang sangat panjang dari ibuku, aku segera mandi dan mengambil pakaian laundry pelanggan yang akan disetrika. Saat aku membuka pintu teras, tiba-tiba saja petir muncul dengan suara yang sangat keras sehingga membuatku ketakutan dan kembali lagi masuk kedalam rumah.
Jeder!! Jeder!! Duar!!
“Huaa...” teriakku sambil berlari masuk ke dalam rumah.
Melihat tingkahku yang absurd itu ibuku segera menenangkanku dan adikku mengambil kesempatan untuk mengejekku, “Sama petir kok takut. Ih Kakak penakut kalah sama adek.”
Mendengar ejekan adikku aku langsung berpura-pura berani dan mengambil pakaian yang ada di teras dengan cepat. Lalu aku segera memamerkan keberanianku kepada adikku.
“Lihat! Kakak berani, kan?” ucapku dengan nada dibuat-buat.
“Hmm,” jawab singkat adikku.
Inilah kami, walaupun kami sudah remaja tetapi kami masih saja seperti anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar yang sering bertengkar atau mendebatkan sesuatu yang tidak terlalu penting. Setelah itu ibu memanggil kami untuk segera makan lalu membantu ibu untuk menyelesaikan laundry dari pelanggan. Setelah menyelesaikan tugasku, aku langsung pergi menuju kamar untuk mengerjakan tugas orientasi yang diadakan pengurus OSIS sekolah.
Keesokan harinya...
Pada pagi ini, acara orientasi siswa baru dan pemilihan ekstrakurikuler berlangsung. Semua siswa diwajibkan untuk membuat sebuah ID Card yang sesuai dengan tema ekstrakurikuler yang dipilih. Aku memilih ekstra PMR karena aku sangat suka membantu orang yang sedang sakit. Aku juga senang dengan sesuatu yang berbau dengan kesehatan.
Saat upacara pembukaan berlangsung, ada kurang lebih dua persen siswa yang tidak membawa ID Card seperti yang ditugaskan. Mereka semua digiring menuju depan lapangan. Mereka semua bergender laki-laki. Aku tahu mereka memang butuh ekstra untuk dapat dikendalikan. Pada barisan itu aku melihat ada satu teman sekelasku. Aku tidak tahu namanya.
Setelah selesai dengan acara di lapangan sekolah, kami semua ditugaskan untuk meminta sidik jari dari beberapa guru dan pengurus OSIS, di mana setiap anak akan diberikan sebuah pertanyaan atau tantangan untuk mendapatkan stempel sidik jari mereka. Entah bagaimana aku bisa mendapatkan semua sidik jari yang telah ditentukan dengan lumayan lebih cepat dari pengalaman saat duduk di bangku SMP.
Hari-hari berikutnya kujalani pembelajaran dengan lancar dengan mengalami beberapa kendala, seperti salah ruangan dan sekali tertidur dalam jam pelajaran, dan lain-lain. Itulah belajar. Proses belajar tak semulus jalan tol. Pasti ada bisa dan tidak bisanya.
Aku menjalani kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat awalku. Setiap upacara bendera berlangsung aku selalu menjadi petugas jaga di lapangan. Terkadang aku juga membawa mereka yang sedang sakit ke ruang UKS untuk dapat beristirahat.
.
Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan Ely pergi ke kantin bersama-sama untuk membeli makanan sambil sedikit berbincang. Kami berbicara tentang banyak hal, dengan beberapa kegiatan menggosip.
“Ely, kamu ikut ekskul apa?” tanyaku padanya.
“Aku ikut di UKS, kamu apa?” tanyanya padaku.
“Aku PMR, jadi kita bakal sering ketemu dong,” jawabku dengan semangat.
Tiba-tiba saja ada sekelompok siswa-siswi yang datang ke meja kami. Aku dan Ely menyambutnya dengan ramah. Akan tetapi, mereka malah merebut minum yang kami beli dan menumpahkannya dimeja. Apa-apaan ini, mengapa ada kasus bully disekolah yang elite.
“Maaf anda salah orang, kami tidak mengenal anda semua jadi, sebaiknya jangan memperlakukan orang semena-mena. Nanti jika kalian mendapat balasannya baru tau rasanya,”
“Karma is real!” sarkasku kemudian pergi bersama Rana.
“Wah berani juga lo, salut gua punya temen kaya lo!” kata Ely menggunakan bahasa gaulnya.
“Oh ya btw tadi itu ada temen sekelas kita loh, namanya Giodra ganteng gak sih!?” ucapnya seperti seorang fangirl.
“Ya sih, tapi nggak bermoral,” ucapku sadis.
...
Satu tahun kemudian...
Hari ini merupakan salah satu upacara yang paling ditunggu dan paling tidak disukai oleh banyak siswa, karena upacara ini berlangsung lebih lama dari upacara hari Senin biasanya. Ya, hari ini adalah hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tepatnya sekarang tanggal tujuh belas Agustus.
Banyak sekali murid yang jatuh pingsan, cuaca hari ini sangat tak bersahabat suhunya dapat mencapai tiga puluh lima derajat Celsius. Para petugas PMR hingga kewalahan mengatasi para siswa yang pingsan, sehingga ketua PMR memutuskan untuk mengerahkan semua petugas PMR senior untuk membantu proses evakuasi siswa yang pingsan.
“Eh itu si Erga pingsan, cepat bawa ke UKS!” ucap salah satu partner tugasku tiba-tiba.
“Ah iya benar, cepat panggil anak PMR cowok buat bawa dia ke UKS. Nanti aku bukain kunci UKS-nya,” ucapku pada temanku itu.
Di UKS
Di UKS tinggal dua orang yang masih pingsan, yang lainnya sudah kembali ke kelas tadi. Aku menunggu UKS bersama Ely yang kebetulan dia juga anak ekskul UKS. Di sini aku sedang menunggu Giodra untuk bangun, tetapi dia tak kunjung bangun. Akhirnya, dia bangun juga setelah kuberi minyak kayu putih.
“Apa kamu mau langsung pulang saja? Biar aku dan Ely izinkan,” tanyaku padanya, karena ia tampak sangat sakit.
“Tidak, aku minum obat saja. Percuma jika aku di rumah,” jawabnya dan aku melihat senyum yang entah bagaimana aku tak bisa menjelaskannya, intinya tersirat kekosongan di dalam senyumnya itu.
“Yasudah, aku ambilkan dahulu,” ucapku padanya.
“Nih, obatnya aku tinggal dulu ke toilet ya,” Ely memberikanku obat lalu pergi.
Kuberikan obat yang diberikan Ely pada Giodra. Keheningan mulai muncul. Tiba-tiba Giodra bercerita padaku tentang keluarganya. Ia bilang bahwa orang tuanya barusan saja bercerai dan membuat dia kacau di usia remajanya. Aku yang mendengar ceritanya pun ikut bersedih.
“Jangan sedih, itu semua sudah takdir jangan menyalahkan siapa pun atas masalah itu. Aku juga mengalami hal yang sama sepertimu,” kataku berhenti sejenak.
“Sebelas tahun yang lalu tepatnya saat umurku lima tahun, keluargaku hancur karena kedua orang tuaku bercerai. Aku memiliki seorang adik perempuan yang umurnya hanya terpaut dua tahun lebih muda dariku. Aku dan adikku tinggal bersama ibuku karena hak asuh jatuh di tangan ibuku sebab, dulu aku dan adikku masih kecil. Sejak saat itu aku dan adikku tak pernah bertemu lagi dengan ayahku. Kupikir ia sudah bahagia bersama keluarga barunya. Semenjak itu juga keluarga ibuku hancur, mereka telah membuang kami dari keluarga mereka. Saat kami sedang kesusahan tak ada yang membantu kami. Sampai pada puncak masalah terberat yang keluarga kecil kami hadapi yaitu pada tiga tahun yang lalu, ibuku menikah lagi dengan seseorang. Pernikahan itu hanya berlangsung selama kurang dari satu tahun lamanya. Pada awalnya pria itu bersikap baik padaku dan adikku itulah alasan ibuku untuk menikah lagi. Ibuku ingin melihat kami anaknya bahagia bersama ayahnya seperti teman-teman kami yang lainnya. Akan tetapi setelah tiga bulan sikapnya mulai berubah, ia menjadi lebih berbuat kekerasan pada ibuku, seperti menampar dan memukul seperti itu...”
“Terus kamu nggak lapor polisi gitu?” sela Giodra di pertengahan cerita Chairin.
“Nggak, aku nggak berani buat lapor ke polisi. Pria itu mengancam keluarga kami, jika kami lapor maka kami akan ia bunuh dengan membakar rumah kami satu-satunya. Akan tetapi, suatu hari tiba-tiba pria itu pergi begitu saja dengan membawa semua harta berharga keluarga kami. Perlu kamu tahu bahwa seharusnya suami yang menafkahi istri bukan sebaliknya. Pria itu merupakan seorang pengangguran, jadi selama itu ibuku yang bekerja keras menghidupi kami, tetapi pria itu hanya bisa menghabiskan uang hasil jerih payah ibuku. Mulai hari itu juga aku menjaga jarak dari pria mana pun. Aku masih sangat takut dengan history keluargaku dimana semua lelaki yang ada atau masuk dalam keluargaku merusak keharmonisan keluarga kami,” ceritaku panjang lebar.
“Tapi sekarang kamu percaya dan nggak takut lagi sama aku, kan” tanya Giodra penuh keseriusan.
“Nggak kok, asal kamu nggak bikin ulah dan menjadi anak urakan seperti dulu,” balasku dengan serius.
“Yaudah ayo ke kelas sebelum bel masuk berbunyi!” ajakku pada Giodra yang masih berbaring di ranjang UKS karena tiba-tiba pingsan saat di pertengahan upacara.
“Ya, tapi hati-hati kalo jalan, aku masih pusing,” jawabnya dengan sedikit lesu.
Di perjalanan menuju kelas kami bertemu dengan Ely hingga akhirnya kami berjalan bersama menyusuri koridor kelas.
...
Satu tahun kemudian
Hari ini merupakan hari penentuan yang sangat dinanti-nanti oleh semua murid. Ibuku datang di acara kelulusanku dengan sangat antusias. Ia sangat beraharap aku akan lulus dengan nilai yang cukup baik. Aku dan teman-temanku memberikan sebuah penampilan khusus untuk semua orang tua yang hadir di acara kelulusan ini. Kami membawakan sebuah lagu yang berjudul “Mimpi”.
Kami melewati tahun-tahun setelah kelulusan dengan belajar giat di universitas. Aku percaya bahwa roda kehidupan pasti akan berputar. Dan Tuhan mengabulkan doaku. Aku dapat membahagiakan dan membanggakan ibuku dengan prestasi dan kesuksesan yang telah kudapat.
...
Nama:HOLLY CHRISTY
KLS/NO: 9C/14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar